MATERI KULIAH PENGANTAR
EKONOMI PEMBANGUNAN
Dosen : Crispin da Costa Perreira.,M.Si
3 Sks
3 Sks
KONSEP EKONOMI PEMBANGUNAN
EKONOMI PEMBANGUNAN
Suatu cabang ilmu ekonomi yang
menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang
dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut supaya
negara-negara berkembang dapat membangun ekonominya dengan lebih cepat lagi.
PEMBANGUNAN
EKONOMI
Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya,
atau
Suatu proses yang menyebabkan
pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang
PERHATIAN
TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI
Sebelum PD II para ilmuwan
kurang memperhatikan pembangunan ekonomi, karena faktor-faktor sbb :
1. Masih banyak negara
sebagai negara jajahan
2.
Kurang adanya usaha dari tokoh masyarakat untuk membahas pembangunan ekonomi.
Lebih mementingkan usaha meraih kemerdekaan dari penjajah.
3.
Para pakar ekonomi lebih banyak menganalisis kegagalan ekonomi dan tingginya
tingkat pengangguran (depresi berat)
Pasca PD II, banyak
negara memperoleh kemerdekaan (al : India, Pakistan, Phillipina, Korea &
Indonesia), perhatian terhadap pembangunan ekonomi mulai berkembang disebabkan
oleh :
1. Negara jajahan yang
memperoleh kemerdekaan
2.
Berkembangnya cita-cita negara yang baru merdeka untuk mengejar
ketertinggalannya di bidang ekonomi.
3.
Adanya keinginan dari negara maju untuk membantu negara berkembang dalam
mempercepat pembangunan ekonomi.
PENGGOLONGAN
NEGARA
1.
Berdasarkan pada tingkat kesejahteraan masyarakat :
a. Negara Dunia I (Negara Maju)
Eropa Barat
(Inggris, Perancis, Belanda, Portugis, Jerman Barat)
Amerika
Utara (USA, Kanada)
Australia,
New Zeland dan Jepang
b. Negara Dunia II (Negara Maju)
Eropa Timur (Rusia, Polandia, Jerman Timur, Cekoslowakia)
c. Negara Dunia III (Negara Sedang Berkembang/Negara
Selatan)
Sebagian besar Asia (kecuali Jepang), Afrika, Amerika Latin (Amerika Tengah dan
Selatan).
2.
Berdasarkan pada tingkat pendapatan perkapita
a. Negara Maju Õ > US$
2.000
b. Negara Semi Maju Õ > US$
400
c.
Negara Miskin Õ ≤ US$ 400
Analisis Ekonomi Pembangunan =
Permasalahan Negara Sedang Berkembang.
Tujuan analisis
ekonomi pembangunan :
1. Menelaah
faktor-faktor yang menimbulkan ketiadaan pembangunan.
2. Menelaah
faktor-faktor yang menimbulkan keterlambatan pembangunan.
3. Mengemukakan
cara-cara pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi sehingga mempercepat jalannya pembangunan.
Bidang-bidang
penting yang dianalisis dalam Ekonomi Pembangunan :
1. Masalah
pembentukan modal (investasi)
2. Masalah
perdagangan luar negeri (ekspor & impor)
3. Masalah pengerahan
tabungan.
4. Masalah
bantuan luar negeri
5. Masalah
dalam sektor pertanian atau industri
6. Masalah
pendidikan dan peranannya dalam menciptakan pembangunan.
PEMBANGUNAN EKONOMI &
PERTUMBUHAN EKONOMI
PEMBANGUNAN EKONOMI
- PENINGKATAN PENDAPATAN PERKAPITA MASYARAKAT PERTAMBAHAN GDP > TINGKAT PERTAMBAHAN PENDUDUK
- PENINGKATAN GDP DIBARENGI DENGAN PEROMBAKAN STRUKTUR EKONOMI TRADISIONAL KE MODERNISASI PEMBANGUNAN EKONOMI UNTUK MENYATAKAN PERKEMBANGAN EKONOMI NYSB.
PERTUMBUHAN EKONOMI
- KENAIKAN GDP TANPA MEMANDANG TINGKAT PERTAMBAHAN PENDUDUK DAN PERUBAHAN
STRUKTUR ORGANISASI EKONOMI.
- PERTUMBUHAN EKONOMI MENYATAKAN PERKEMBANGAN EKONOMI NEGARA MAJU.
SEBAB-SEBAB
PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI :
1. KEINGINAN NEGARA UNTUK MENGEJAR KETINGGALAN
2. PERTUMBUHAN PENDUDUK
3. ADANYA KEHARUSAN NEGARA MAJU UNTUK MEMBANTU NYSB
4. ADANYA PERIKEMANUSIAAN THD NYSB
METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN
NASIONAL
1. METODE PRODUKSI
2. METODE PENDAPATAN
3. METODE PENGELUARAN
11
SEKTOR PRODUKTIF PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL :
1.
PERTANIAN
2.
INDUSTRI PENGOLAHAN
3.
PERTAMBANGAN DAN GALIAN
4.
LISTRIK
5.
AIR DAN GAS
6.
BANGUNAN
7.
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
8.
PERDAGANGAN
9.
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN
10. SEWA RUMAH
11. PERTAHANAN
12. JASA LAINNYA
CARA PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL
1. PENDAPATAN NASIONAL HARGA BERLAKU (NOMINAL)
2. PENDAPATAN NASIONAL HARGA TETAP (RIIL)
INDIKATOR PEMBANGUNAN MONETER DAN NON MONETER
PENDAPATAN
PERKAPITA PERTAHUN PERLU DIKETAHUI UNTUK :
1. MEMBANDINGKAN TINGKAT
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DARI MASA KE MASA
2. MEMBANDINGKAN LAJU
PERKEMBANGAN EKONOMI ANTARA BERBAGAI NEGARA
3. MELIHAT BERHASIL TIDAKNYA
PEMBANGUNAN EKONOMI SUATU NEGARA.
TINGKAT PENDAPATAN
PERKAPITA TIDAK SEPENUHNYA MENCERMINKAN TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN TINGKAT
PEMBANGUNAN SUATU NEGARA, KARENA :
1. KELEMAHAN-KELEMAHAN
YG BERSUMBER DARI KETIDAKSEMPURNAAN DALAM MENGHITUNG PENDAPATAN NASIONAL DAN
PENDAPATAN PERKAPITA.
2. KELEMAHAN-KELEMAHAN
YG BERSUMBER DATI KENYATAAN BAHWA TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BUKAN SAJA
DITENTUKAN OLEH TINGKAT PENDAPATAN MEREKA TETAPI JUGA OLEH FAKTOR-FAKTOR LAIN.
KELEMAHAN AD 1.
- KELEMAHAN
METODOLOGIS & STATISTIS DALAM MENGHITUNG PENDAPATAN PERKAPITA DALAM NILAI
MATA UANG SENDIRI MAUPUN MATA UANG ASING.
- TERJADI
PENAFSIRAN YANG SALAH / TERLALU RENDAH THD NEGARA MISKIN KARENA JENIS-JENIS
KEGIATAN DI NEGARA MISKIN TERDIRI DARI UNIT-UNIT KECIL DAN TERSEBAR DI BERBAGAI
PELOSOK SHG TIDAK DIMASUKKAN DALAM VARIABEL PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL.
- NILAI TUKAR
RESMI MATA UANG SUATU NEGARA DENGAN VALUTA ASING TIDAK MENCERMINKAN
PERBANDINGAN HARGA KEDUA NEGARA, WALAUPUN DALAM TEORI DIKATAKAN NILAI TUKAR INI
MENYATAKAN HARGA.
KELEMAHAN AD 2
FAKTOR-FAKTOR
LAIN MENENTUKAN PENDAPATAN DARI TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SUATU NEGARA
1. FAKTOR
EKONOMI :
- STRUKTUR
UMUR PENDUDUK
- DISTRIBUSI
PENDAPATAN TIDAK MERATA, SEBAGIAN TIDAK MENIKMATI HASIL PEMBANGUNAN.
- CORAK
PENGELUARAN MASYARAKAT BERBEDA
- MASA LAPANG
/ WAKTU SENGGANG TINGGI
- PEMBANGUNAN
EKONOMI TDK HANYA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT TETAPI JUGA HARUS
MENGURANGI JUMAH PENGANGGURAN.
2.
FAKTOR NON EKONOMI :
- PENGARUH
ADAT ISTIADAT
- KEADAAN
IKLIM DAN ALAM SEKITAR
- KETIDAKBEBASAN
BERTINDAK DAN MENGELUARKAN PENDAPAT DAN BERTINDAK
INDIKATOR PEMBANGUNAN
MONETER & NON MONETER
INDIKATOR PEMBANGUNAN MONETER
1. Pendapatan Per kapita
2. Penyediaan
Lapangan Kerja/penurunan angka pengangguran
3. Indikator
Kesejahteran Ekonomi Bersih (Net Economic Welfare)
Diperkenalkan
William Nordhaus dan James Tobin (1972), menyempurnakan nilai-nilai GNP untuk
memperoleh indicator ekonomi yg lebih baik, dgn dua cara :
a. Koreksi Positip :
Memperhatikan waktu senggang (leisure time) dan perekonomian sector informal.
b. Koreksi Negatif : Kerusakan
lingkungan oleh kegiatan pembangunan
INDIKATOR PEMBANGUNAN NON
MONETER
1. Indikator
Sosial
Oleh
Backerman ; dibedakan 3 kelompok :
1. Usaha membandingkan tingkat
kesejahteraan masy. di dua negara dengan memperbaiki cara perhitungan
pendapatan nasional, dipelopori oleh Collin Clark dan Golbert dan Kravis.
2. Penyesuaian pendapatan masy.
dibandingkan dengan mempertimbangkan tingkat harga berbagai negara.
3. Usaha untuk membandingkan
tingkat kesejahteraan dari setiap negara berdasarkan data yg tdk bersifat
moneter (non monetary indicators).
Indikator
non moneter yg disederhanakan (modified non-monetary indicators).
2. Indeks
Kualitas Hidup dan Pembangunan Manusia
Morris D :
Physical Quality of Life Index (PQLI) Indeks Kualitas Hidup (IKH) yaitu
gabungan tiga faktor : tingkat harapan hidup, angka kematian dan tingkat
melek huruf. Sejak thn 1990 UNDP mengembangkan indeks pembangunan manusia (Human
Development Index = HDI) : (1) Tingkat harapan hidup (2) Tingkat melek
huruf masyarakat dan (3) Tingkat pendapata riil perkapita masy. berd. Daya beli
masing-masing negara. Besarnya indeks 0 s/d 1. Semakin mendekati 1 berarti
indkes pembangunan manusianya tinggi demikian sebaliknya.
3. Indikator
Campuran
BPS :
Indikator Kesejahteraan Rakyat Susenas Inti (Core Susenas) Pendidikan : tk
pendidikan, tk melek huruf & tk partisips pendidikan
1. Kesehatan : rata-rata hari
sakit, fasilitas kesehatan
2. Perumahan : sumber air bersih
& listrik, sanitasi & mutu rumah
3. Angkatan kerja : partisipasi
tenaga kerja, jml jam kerja, sumber penghasilan utama, status pekerjaan
4. Keluarga Berencana dan
Fertilisasi : Penggunaan ASI, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan
pada kelahiran, penggunaan alat kontrasepsi
5. Ekonomi : tingkat konsumsi
perkapita
6. Kriminalitas : jml pencurian
pertahun, jumlah pembunuhan pertahun, jumlah perkosaan pertahun.
7. Perjalanan wisata : frekuensi
perjalanan wisata pertahun
8. Akses di media massa : jumlah
surat kabar, jumlah radio dan jumlah televisi
TEORI PERTUMBUHAN & PEMBANGUNAN EKONOMI
1. MAZHAB
HISTORISMUS
Pola
pendekatan pemb. ekonomi yg berpangkal pd perspektif sejarah
Bersifat
induktif empiris.
Fenomena
ekonomi : Perk. Menyeluruh & tahap tertentu dlm sejarah.
Dimulai di
Jerman abad XIX s/d awal abad XX.
FRIEDRICH
LIST (TH.1840)
Pelopor
Historismus : Eksponen Nasionalisme Ekonomi
Bhw Tahap
Perkemb. Ekonomi yaitu dgn cara produksi :
1. Tahap primitip
2. Tahap Beternak
3. Tahap Pertanian
4. Industri Pengolahan
(Manufacturing)
5. Pertanian, Industri Pengolahan
& Perdagangan
BRUNO
HILDEBRAND (1848)
Terjadi
Evolusi dalam masyarakat
Kritik thd
List : Bhw Pemb. Ek. bkn dr cara produksi / cara konsumsi.
Tetapi cara
distribusi, yaitu :
1. Perekonomian Barter (Natura)
2. Perekonomian Uang
3. Perekonomian Kredit
Kelemahan Teori
Bruno :
1. Tdk jelas proses perkembangan
dr tahap tertentu ke tahap berikutnya
2. Tdk memberi sumbangan yang
berarti thd perlatan analitis di bidang ilmu ekonomi.
KARL BUCHER
Sintesa
Pendapat List dan Bruno
Perkemb. Ek.
Ada 3 tahap :
1. Produksi utk keb. Sendiri
(subsistence)
2. Perekon. Kota dimana
pertukaran sudah meluas
3. Perekon. Nas. Dimana peran
pedagang menjadi semakin penting
WALT
WHITMAN ROSTOW (WW. ROSTOW)
Sangat
popular dan paling banyak komentar dari ahli
Artikel :
Economics Journal (Maret 1956) dimuat dlm Buku The Stages of Economics Growth
(1960).
Menurut WW Rostow, Pemb.
Ekonomi mrpk suatu proses yg dpt menyebabkan :
1. Perubahan
orientasi ekonomi, politik dan social yg pd mulanya berorientasi kpd suatu
daerah menjadi berorientasi keluar.
2. Perubahan
pandangan masy. mengenai jumlah anak dlm keluarga yaitu kesadaran utk membina
keluarga kecil
3. Perubahan
dlm kegiatan investasi masyarakat dari melakukan investasi yg tdk produktif
menjadi investasi yg produktif
4. Perubahan
sikap hidup dari adat istiadat yg kurang merangsang pemb. Ekonomi missal kurang
menghargai waktu kerja dan orang lain
WW Rostow membedakan
pembangunan ekonomi ke dalam 5 tahap :
1. Tahap
Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)
- Fungsi Produksi terbatas, cara produksi masih primitif
- Tingkat produktifitas masy. rendah : utk sector pertanian
- Struktur
social hirarkis : mobilitas vertical masy. kecil ; kedudukan masyarakat tidak berbeda dengan nenek moyang.
- Kegiatan politik dan pemerintahan di daerah-daerah berada di tangan tuan
tanah.
2. Tahap
Prasyarat Tinggal Landas (The Preconditions for Take-Off)
Masa
transisi masy. mempersiapkan untuk mencapai pertumbuhan atas kekuatan sendiri
(self sustained growth).
Tahap ini
memiliki 2 corak berbeda :
a. Tahap Prasyarat Tinggal landas
yg dialami negara Eropa, Asia, Timur Tengah dan Afrika : perombakan thd masy.
tradisional yg sudah ada untuk mencapai tahap tsb.
b. Tahap Prasyarat Tinggal landas
yg dialami negara born free (daerah imigran) (Amerika Serikat, Kanada,
Australia dan Selandia Baru) : tanpa harus merubah sistim masy. tradisional yg
sudah ada.
3. Tahap
Tinggal Landas (The Take-Off)
Pertumbuhan
ekonomi selalu terjadi, Kemajuan pesat dalam inovasi atau terbukanya
pasar-pasar baru.
3
ciri utama negara yg mencapai Tahap Tinggal Landas :
1. Kenaikan investasi produktif
dari 5% atau kurang menjadi 10% dari PNB (Nett National Product).
2. Berkembangnya satu atau
beberapa sector industri pemimpin (leading sector) dgn tingkat pertumbuhan
tinggi
3. Tercapainya suatu kerangka
dasar politik, social dan kelembagaan yg bisa menciptakan perkembangan sektor
modern dan eksternalitas ekonomi yg menyebabkan pertumbuhan ekonomi.
4
faktor untuk menciptakan leading sector :
1. Harus ada kemugkinan perluasan
pasar bagi barang-barang yg diproduksi yg mempunyai kemungkinan utk berkembang
dgn cepat
2. Dalam sector tsb hrs
dikembangkan teknik produksi yg modern dan kapasitas produksi harus bisa
diperluas
3. Harus tercipta tabungan dalam
masyarakat dan para pengusaha harus menanamkan kembali keuntungannya untuk
membiayai pembangunan sector pemimpin
4. Pembangunan dan transformasi
teknologi sector pemimpin harus bisa diciptakan kebutuhan akan adanya perluasan
kapasitas dan modernisasi sector-sektor lain.
Urutan Negara Lepas Landas & Leading Sector (WW Rostow) :
(Masa
Tinggal Landa : 20 – 25 tahun) :
No Urut
|
Negara
|
Tahun
|
Leading
Sector
|
1
|
Inggris
|
1783-1802
|
Industri Tekstil
|
2
|
Perancis
|
1830-1860
|
Jaringan KA
|
3
|
Belgia
|
1833-1860
|
Jaringan KA
|
4
|
USA
|
1843-1860
|
Jaringan Jalan KA
|
5
|
Jerman
|
1850-1873
|
Jaringan Jalan KA
|
6
|
Swedia
|
1868-1890
|
Industri Kayu
|
7
|
Jepang
|
1878-1900
|
Industri Sutera
|
8
|
Rusia
|
1890-1914
|
Jaringan Jalan KA
|
9
|
Kanada
|
1896-1914
|
Jaringan Jalan KA
|
10
|
Argentina
|
1935
|
Industri Subst Impor
|
11
|
Turki
|
1937
|
|
12
|
India
|
1952
|
|
13
|
RRC
|
1952
|
4. Tahap
Menuju Kedewasaan (The Drive to Maturity)
Kondisi
masy. sudah secara efektif mengg. Teknologi modern di hampir semua kegiatan
produksi dan kekayaan alam. Sektor pemimpin baru akan bermunculan menggantikan
sector pemimpin yang mengalami kemunduran.
Karakteristik
non ekonomi pada tahap menuju kedewasaan :
1.
Struktur dan keahlian tenaga kerja berubah
Kepandaian
dan keahlian pekerja bertambah tinggi.
Sektor
indusri bertambah penting peranannya
Sektor
pertanian menurun peranannya.
2. Sifat kepemimpinan dalam
perush. mengalami perubahan. Peranan manajer professional semakin penting dan
menggantikan kedudukan pengusaha pemilik.
3. Masy. bosan dgn keajaiban yg
diciptakan industrialisasi shg timbul kritik-kritik.
Negara yg mencapai tahap ini
(WW Rostow) : Inggris (1850), USA (1900), Jerman dan Perancis (1910), Swedia
(1930) Jepang (1940) Rusia dan Kanada (1950).
5. Tahap
Konsumsi Tinggi (The Age og High Mass Consumption)
Perhatian masy. menekankan pd
masalah konsumsi dan kesejahteraan masyarakat bukan masalah produksi.
3
macam tujuan masy. yg ingin dicapai pada tahap ini :
1. Memperbesar kekuasaan dan
pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan berakibat penjajahan thd bangsa lain
2. Menciptakan negara
kesejahteraan (welfare state) (Negara Persemakmuran = Comment Wealth)
dgn cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yg telah merata melalui
sistim pajak progresif (semakin banyak semakin besa)
3. Meningkatnya konsumsi
masyarakat melebihi kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) menjadi konsumsi
thd barang tahan lama dan barang-barang mewah.
Negara
pertama mencapai tahap ini : USA ( th. 1920), Inggris (th. 1930), Jepang dan
Eropa Barat (th. 1950) Rusia (Pasca Stalin)
TEORI SCHUMPETER
- SISTIM
KAPITALISME Õ SISTIM YANG PALING BAIK
MENCIPTAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI
- NAMUN
DALAM JANGKA PANJANG SISTIM KAPITALISME AKAN MENGALAMI STAGNASI.
FAKTOR UTAMA PENYEBAB PERKEMBANGAN EKONOMI : Proses inovasi oleh Inovator atau Wiraswasta (ENTREPREUNER).
INOVASI MEMPUNYAI 3
PENGARUH :
1.
Diperkenalkan teknologi baru
2.
Keuntungan lebih (monopolistis), sumber dana akumulasi modal.
3. Timbul proses
peniruan (imitasi); meniru teknologi.
FAKTOR-FAKTOR
PENUNJANG INOVASI :
Schumpeter Õ Ada 5 kegiatan dalam inovasi :
1.
Diperkenalkan produk baru yang sebelumnya tidak ada.
2.
Diperkenalkannya cara produksi baru
3.
Pembukaan daerah pasar baru
4.
Penemuan sumber bahan mentah baru
5.
Perubahan organisasi industri EFISIENSI INDUSTRI
SYARAT-SYARAT
TERJADINYA INOVASI :
- Ada calon
pelaku inovasi (inovator dan wiraswasta) dlm masyarakat
-
Ada lingkungan sosial, politik & teknologi untuk merangsang semangat
inovasi & pelaksanaan ide-ide untuk berinovasi.
Ada 2 faktor penunjang lain,
yaitu :
1.
Tersedia cadangan ide-ide baru secara memadai
2. Ada
sistim perkreditan Õ menyediakan dana entrepreneur
untuk merealisir ide tersebut menjadi kenyataan.
TEORI
KETERGANTUNGAN
- Tergabungnya
secara paksa (FORCED INCORPORATED) daerah-daerah pinggiran ke dalam
ekonomi kapitalisme dunia ; penyebab keterbelakangan (UNDERDEVELOPED)
NYSB.
- IMPLIKASI
Tanpa kolonialisme dan integrasi ke sistim kapitalisme dunia, NYSB mampu
mencapai tingkat kesejahteraan tinggi dan dapat mengembangkan pengolahan (MANUFACTURING)
mereka atas usaha dan kekuatan sendiri.
- Mengabaikan
faktor-faktor intern ; struktur sosial budaya & pola perilaku masyarakat
prakolonial.
-
Terlalu melebihkan EFISIENSI ADMINISTRATIF untuk menekankan kemungkinan
yang sebenarnya terbuka bagi negara-negara untuk mengalami suatu transisi KAPITALISME
BORJUIS.
STRATEGI PERTUMBUHAN & PEMBANGUNAN EKONOMI
STRATEGI UPAYA
MINIMUM KRITIS (CRITICAL MINIMUM EFFORT)
- Menaikkan
pendapatan perkapita pd tingkat pembangunan berkesinambungan (SUSTAINABLE)
Õ terjadi HARVEY LEIBSTEIN.
- Setiap
ekonomi tergantung HAMBATAN & RANGSANGAN.
Hambatan menurunkan
pendapatan perkapita dari tingkat sebelumnya
Rangsangan Õ menaikkan pendapatan perkapita
PERTUMBUHAN
PENDUDUK FUNGSI DARI PENDAPATAN PERKAPITA
-
Pendapatan naik, meningkatkan laju pertumbuhan penduduk. Hanya pada titik
tertentu, jika melampaui titik tsb, kenaikan pendapatan perkapita menurunkan
tingkat kesuburan. Dan ketika pembangunan mencapai tahap maju, maka laju pertumbuhan
penduduk turun (LEIBSTEIN).
-
Dengan kenaikan pendapatan perkapita, keinginan memperoleh anak semakin
berkurang. Spesialisasi meningkat dan Mobilitas ekonomi & sosial ;
kenyataan mengurus anak sangat sulit dan mahal. Maka laju pertumbuhan penduduk KONSTAN
dan menurun (TESIS KAPILARITAS SOSIAL DUMONT).
Faktor-faktor
mempengaruhi pertumbuhan pendapatan perkapita dari pelaksanaan Upaya Minimum
Kritis :
1. Skala disekonomis
internal ; akibat tidak dapat dibaginya faktor produksi.
2.
Skala disekonomis external ; akibat ketergantungan eksternal, hambatan budaya
dan kelembagaan di negara berkembang.
AGEN PERTUMBUHAN
1. Pengusaha
2. Investor
3. Penabung
4. Inovator
Kegiatan tersebut
membantu pertumbuhan sehingga memunculkan :
1.
Kewiraswastaan
2.
Peningkatan sumber pengetahuan
3.
Pengembangan keterampilan produktif masyarakat
4.
Peningkatan laju tabungan dan investasi
RANGSANGAN
PERTUMBUHAN
1.
Rangsangan ZERO-SUM
Tidak
meningkatkan pendapatan nasional tetapi bersifat upaya distributif
- Kegiatan bukan dagang ; posisi monopolistik, kekuatan politik
& prestise sosial
- Kegiatan dagang , tidak menambah sumber agregat
- Kegiatan spekulatif, memboroskan sumber kewiraswastaan yang langka
- Kegiatan tabungan netto ; nilai sosial nibil / lebih
rendah dari privatnya.
2.
Rangsangan POSITIVE-SUM
Menuju pada pengembangan pendapatan nasional
Dalam
ekonomi terbelakang, ada pengaruh bersifat anti perubahan yang menekan
pendapatan perkapita :
1.
Kegiatan usaha ZERO-SUM, pembatasan peluang ekonomi
2.
Tindakan konservatif para buruh yg terorganisir menentang perubahan
3.
Perlawanan thd gagasan dan pengetahuan baru dan daya tarik pengtahuan
4. Kenaikan
pengeluaran konsumsi mewah pribadi / publik ; tidak produktif
5.
Pertumbuhan penduduk & Angkatan buruh.
Upaya minimum kritis
mengatasi pengaruh perekonomian terbelakang agar laju pertumbuhan ekonomi
merangsang POSITIVE-SUM menjadi lebih besar dari ZERO-SUM, shg pendapatan
perkapita naik, tabungan & investasi naik, yaitu :
1.
Ekspansi agen pertumbuhan
2. Sumbangan masy. thd. per unit modal naik seiring rasio modal output turun.
3.
Berkurangnya keefektifan faktor-faktor penghambat pertumbuhan
4.
Penciptaan kondisi lingkungan dan sosial ; mobilitas ekonomi dan sosial naik.
5.
Peningkatan spesialisasi dan perkembangan sektor sekunder dan tersier.
STRATEGI
PEMBANGUNAN SEIMBANG
Para ekonom Teori
Dorongan Besar-Besaran (BIG PUSH THEORY)
Yaitu pembangunan di berbagai
jenis industri secara bersamaan (SIMULTANEOUS) sehingga industri tersebut
saling menciptakan pasar. Diperlukan keseimbangan antara DEMAND &
SUPPLY.
TUJUAN UTAMA :
menciptakan jenis industri yg berkaitan erat satu dgn yg lain shg setiap
industri memperoleh EKSTERNALITAS EKONOMI sbg akibat INDUSTRIALISASI.
Menurut REINSTEIN-RODAN,
pembangunan industri besar-besaran menciptakan 3 macam eksternalitas ekonomi,
yaitu :
1. Yang diakibatkan oleh
perluasan pasar
2. Karena industri yang
sama letaknya berdekatan
3. Karena adanya
industri lain dalam perekonomian tersebut.
SCITOVSKY ï Eksternalitas : jasa-jasa yg diperoleh dgn cuma-cuma oleh suatu industri
dari satu atau beberapa industri.
STRATEGI PEMBANGUNAN
TAK SEIMBANG
ALBERT O. HIRSCHMAN dan PAUL
STREETEN ï pola yang
lebih cocok untuk mempercepat pembangunan di NYSB, karena :
1. Secara historis pemb.
ekonomi coraknya tidak seimbang
2.
Mempertinggi efesiensi penggunaan Sumber daya tersedia
3.
Pembangunan tak seimbang menimbulkan KEMACETAN (BETTLENECKS) yaitu gangguan dlm
proses pembangunan tetapi akan menjadi pendorong pembangunan selanjutnya.
Pembangunan tak
seimbang antara sektor prasarana & sektor produktif
Cara pengalokasian sumber daya
ada 2 bagian :
1. Cara pilihan
pengganti (SUBSTITUTION CHOICES)
Menentukan proyek yang harus dilaksanakan
2. Cara pilihan
penundaan (POSTPONEMENT CHOICES)
Menentukan urutan proyek yang harus didahulukan pelaksanaannya.
HIRSCHMAN ï Menganalisis alokasi sumber daya sektor prasarana (Social Everhead Capital
= SOC) dgn sektor produktif yg menghasilkan brg kebutuhan masy. (Directly
Productive Activities = DPA). Ada 3 pendekatan :
1. Pemb. yg seimbang
antar kedua sektor
2. Pemb. tidak seimbang
dimana sektor prasarana lebih ditekankan.
3. Pemb. tidak seimbang
dimana sektor produktif lebih ditekankan.
Kegiatan ekonomi
mencapai efisien & optimal, jika :
1. Sumber daya
dialokasikan DPA & SOC, pd tingkat produksi maksimum
2. Pd tingkat
produksi tertentu, jumlah sumber daya digunakan DPA sedangkan SOC jumlahnya
menurun.
PEMBANGUNAN
TAK SEIMBANG DALAM SEKTOR PRODUKTIF
Mekanisme pendorong
pembangunan (INDUCEMENT MECHANISM) ada 2 :
1.
Pengaruh keterkaitan ke belakang (Backward Linkage Effects)
Tingkat rangsangan yg diciptakan pembangunan industri thd perkembangan industri
yg menyediakan input bagi industri tsb.
2.
Pengaruh keterkaitan ke depan (Forward Linkage Effects)
Rangsangan yg diciptakan oleh pembangunan industri thd perkembangn industri yg
menggunakan produk industri yg pertama sbg input mereka.
Berdasarkan pada tingkat
keterkaitan antar industri, ada 2 golongan :
1. Industri SATELIT
(SATELITY INDUSTRY)
- Lokasi berdekatan dgn industri induk mempertinggi
efisiensi
- Input utama berasal dari produk industri induk
- Besarnya industri tidak melebihi industri induk.
2. Industri NON SATELIT
(NON SATELITY INDUSTRY)
CHENERY & WATANABE * Penggolongan industri ada 4 golongan :
1. Industri barang
setengah jadi
2. Industri barang jadi
3. Industri barang
setengah jadi sektor primer
4. Industri barang jadi
sektor primer.
GAMBARAN EKONOMI TIMOR LESTE
A.
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Crispin da Costa Perreira.
1.
Kondisi Geografis, Luas Wilayah dan Iklim
Timor Leste dalam
rencana pembangunan nasional, (2002) terletak
dibagian timur pulau Timor, bagian paling timur dan kepulauan sunda kecil. Di sebelah
barat, Timor Leste berbatasan dengan Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT),
Indonesia. Laut Sewu dan Selat Wetar berada di sebelah utara, sedangkan
Australia ada di bagian selatan atau kurang lebih 500 kilometer di seberang
laut. Daerah kantong Oecusse berada di sebelah barat Pulau Timor merupakan
bagian dari wilayah Timor Leste termasuk pulau Atauro dan Jako.
2.
Luas Wilayah dan Iklim
Luas wilayah
Timor Leste, kurang lebih 14.610 km2. Sederetan daerah perbukitan dan pegunungan yang curam
membentuk dataran pegunungan yang membagi wilayah utara Timor Leste dan wilayah
selatan. Pola curah hujan berbeda-beda di mana di daerah pegunungan lebih
sering hujan dibandingkan dataran pantai.
Iklim di Timor
Leste panas dengan suhu rata-rata 210 C, dan kelembaban yang tinggi
(80%). Pada musim kemarau dari bulan Mei hingga Oktober tertiup angin dengan
kecepatan sedang dan suhu kurang dari 180 C di daerah pantai dan 100
C di daerah pegunungan. Dan musim hujan pada bula November sampai dengan
April. Berikut peta Timor Leste:
Sumber: Dirasaun Nacional Estatistika (DNE) Timor Leste
3.
Jumlah Penduduk dan Trendnya
Timor Leste
terdiri dari 13 distrik, 67 sub-distrik, dan 498 desa (suco) dan 2336 dusun (Aldeia)
Rencana Pembangunan Nasional (2002: 20-22). Berdasarkan hasil sensus
penduduk Timor Leste tahun 2010, jumlah penduduk Timor Leste adalah 1.066.582
jiwa. Lebih lengkap dapat di lihat pada tabel 4.1. berikut:
TABEL 4.1.
JUMLAH PENDUDUK TIMOR LESTE
TAHUN 1980-2010
1980
|
1990
|
2001
|
2004
|
2010
|
|
Jumlah
penduduk
|
555.350
|
747.557
|
787.340
|
923.298
|
1.066.582
|
Perkembangan
|
-
|
192.207
|
39.783
|
135.853
|
143.384
|
Pertumbuhan
(%)
|
34,6
|
5,3
|
17,3
|
15,5
|
|
Pertumbuhan
tiap tahun (%)
|
2,97
|
0,47
|
3,2
|
2,41
|
Sumber: Laporan hasil sensus tahun 2010 Dirasaun Nacional Estatistika (DNE)
Timor Leste
Tabel di 4.1
menunjukkan bahwa jumlah penduduk bertambah pada setiap tahunnya yakni dari
tahun 1980 sampai tahun 1990 pertumbuhan penduduk Timor Leste sebesar 34,6%
(192.207 jiwa). Tahun 1990-2001 penduduk Timor Leste bertambah sebanyak 39.783
jiwa atau turun menjadi 5,3%. Pertumbuhan penduduk Timor Leste dari tahun 2001-2010
mengalami kenaikan yang cukup tinggi yakni 239.237 jiwa (27%), dan pertumbuhan
rata-rata setiap tahun adalah 3%. Trend
perkembangan penduduk Timor Leste dari tahun 1980-2010 dapat di simak pada grafik
4.1 berikut:
GRAFIK 4.1.
TREND JUMLAH PENDUDUK TIMOR LESTE
TAHUN 1980-2010
Sumber : Dirasaun Nacional Estatistika (DNE) tahun 2010 yang telah diolah
Trend perkembangan
penduduk selama dua dekade menggalami peningkatan yang cukup besar, atau tahun
1980 berjumlah 555.350 jiwa meningkat menjadi 1.066.582 jiwa pada tahun 2010.
Rata-rata pertumbuhan tiap tahun sebanyak 25.561,6 jiwa (5% per tahun).
4.
Kondisi Ekonomi
Perekonomian
Timor Leste menjadi mengalami kerusakan pada peristiwa tahun 1999, dan pemulihan
kembali pada tahun 2000 dan 2001. Produk Domestik Bruto (PDB) harga
berlaku yang dihasilkan oleh Timor Leste
pada tahun 2000 menurut Boston Institute
sebesar US$ 321,2 juta dan US$ 380 juta pada tahun 2001 oleh International Monetery Fund (IMF). Inflasi
pada tahun 1998 sebesar 80% dan 1999 naik manjadi 140%, tetapi menurun pada
tahun 2000 yakni 20%, dan mencapai angka terendah atau 3% pada tahun 2001, (Komisi
Perencanaan Nasional, 2002: 20-22).
Timor Leste
mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup baik berdasarkan Laporan Keuangan Publik
dan Rencana Negara, (2010: 23) bahwa tahun 2007 pertumbuhan sebesar 8,4%, tahun
2008 naik menjadi 12,8%. Tingkat inflasi Timor Leste 9% pada tahun 2007 dan
8,4% pada tahun 2008 (Laporan Keuangan, 2010 :26).
Perkembangan pengangguran di Timor Leste berdasarkan
hasil survey yang dilakukan oleh Dirasaun
Nacional Estatistika (DNE) dan Secretariat of State for
Vocational Training and Employment (SEFOPE) tahun 2010, dapat di lihat pada Tabel 4.2. berikut:
TABEL 4.2.
JUMLAH
ANGKATAN KERJA DI TIMOR LESTE
BERDASARKAN
SURVEY TAHUN 2010
Umur 15 ke atas
|
%
|
Angkatan
Kerja
|
%
|
Bekerja
|
%
|
Tidak Bekerja
|
%
|
Tidak aktif
|
%
|
|||||||
Timor Leste
|
629.000
|
100
|
262.000
|
100
|
253.000
|
100
|
9.000
|
100
|
366.000
|
100
|
||||||
Kota
|
180.000
|
29
|
76.000
|
29
|
71.000
|
28
|
5.000
|
56
|
104.000
|
28
|
||||||
Desa
|
449.000
|
71
|
178.000
|
71
|
182.000
|
72
|
4.000
|
44
|
262.000
|
72
|
||||||
Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin
|
||||||||||||||||
Pria
|
318.000
|
51
|
186.000
|
69
|
173.000
|
68
|
5.000
|
56
|
139.000
|
38
|
||||||
Wanita
|
311.000
|
49
|
84.000
|
31
|
80.000
|
32
|
4.000
|
44
|
227.000
|
62
|
||||||
Timor Leste
|
629.000
|
100
|
270.000
|
100
|
253.000
|
100
|
9.000
|
100
|
366.000
|
100
|
||||||
Sumber : Dirasaun Nacional
Estatistika (DNE) dan Secretariat Of State for Vocational Training and Employment (SOFEPE) tahun 2010 yang
telah diolah
|
||||||||||||||||
Tabel di atas menunjukkan bahwa
jumlah kelompok umur 15 tahun ke atas (kategori umur produktif) di Timor Leste
sebanyak 629 ribu dan terbagi dalam beberapa bagian yaitu: Pertama, adalah kelompok angkatan kerja sebanyak 262 ribu, kedua kelompok yang bekerja
berjumlah 252 ribu, ketiga
kelompok yang tidak bekerja ada 9 ribu orang dan kelompok ke empat yang merupakan tidak aktif berjumlah 336 ribu.
Kelompok ke empat merupakan kelompok umur produktif tetapi aktivitas mereka
adalah ibu/bapak rumah tangga dan para siswa/mahasiswa yang sedang belajar. Empat
kategori tersebut sebanyak 51% adalah berjenis kelamin pria (318 ribu) dan 49%
(311 ribu) adalah wanita.
Berikut distribusi trendnya terhadap masing-masing kelompok,
dapat dilihat pada Gambar 4.1:
GAMBAR
4.1.
DISTRIBUSI PENDUDUKUK UMUR 15 KE ATAS
Sumber: DNE dan SOFOPE tahun 2010 yang
telah diolah
Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa
kelompok yang tidak bekerja hanya 1%, dan kelompok bekerja juga ada 28% dari
30% angkatan kerja yang ada di Timor Leste.
Informasi di atas menarik untuk
di simak adalah sebaran para penduduk umur produktif. Ada dua wilayah yakni:
wilayah Kota dan wilayah Desa. Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas
penyebarang kelompok umur produktif ada di wilayah pedesaan (449 ribu) dan yang
bekerja 182 ribu, mereka adalah para petani. Sedangkan penyebarang penduduk
umur produktif di wilayah kota hanya 180 ribu orang, dan 71 ribu orang yang
telah bekerja di sektor pemerintah (pegawai negeri) dan sisanya bekerja di
sektor swasta. Berikut distribusinya berdasarkan wilayah Kota dan Desa pada Grafik
4.2 berikut:
GRFIK
4.2.
TREND PENYERAPAN TENAGA KERJA
BERDASARKAN WILAYAH
Sumber: DNE dan SOFOPE tahun 2010 yang telah diolah
Penyebarang
penduduk umur produktif, sebanyak 71% atau 449 ribu berada di dese-desa, sedangkan
daerah perkoatan hanya menyerap 21%. Ini terjadi karena kebanyakan penduduk
Timor Leste saat ini bekerja pada sektor pertanian atau petani.
B.
Gambaran Pengelolaan Keuangan Negara Timor Leste
1.
Proses
Penyusunan Anggaran Timor Leste (Budget
Processing)
Dalam menyusun APBN Timor Leste, esensinya ada 3 (tiga) komponen yang paling
utama yaitu: (i) Pemerintah (eksekutif/perencana), (ii) Parlemen
(legislatif/penggontrol), dan (iii) Presiden (mengesahkan jadi APBN). Namun
secara proses ada beberapa langkah yang harus dilalui oleh pemerintah sebelum
terbentuknya APBN tahunan tersebut, berikut ini adalah langkah-langkahnya:
a.
Persiapan Anggaran (Preparing for the Budget)
Kementerian
mulai mempersiapkan rencana
aksi tahunan mereka yang
menangkap tujuan utama dan
kegiatan untuk tahun anggaran sekitar
bulan Maret
setiap tahun.
1)
Membangun/membuat
strategi anggaran dan prioritas (Develop
Budget Strategy and Priorities), Sekitar
bulan April, Pemerintah memutuskan prioritas dan
total anggaran yang ingin
dibelanjakan, disebut keseluruhan “paket fiscal”. Setelah
Pemerintah memutuskan strategi anggaran umum,
Dinas Anggaran
menyiapkan surat edaran anggaran, merangkum strategi Pemerintah untuk anggaran tahun yang
akan datang dan
menguraikan proses anggaran dan jadwal.
2)
Persiapan
anggaran (Prepare Budget Submissions), Anggaran
edaran serta panggilan
didistribusikan ke kementrian
masing-masing pada bulan Mei dengan template mendukung dan lembar kerja yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan dokumentasi anggaran mereka. Ini adalah undangan resmi untuk mulai mempersiapkan pengajuan anggaran. Setelah
menyelesaikan pengajuan anggaran Kementerian mereka
masukan ke dalam Penganggaran
Kinerja, yang merupakan bagian dari
sistem yang terintegrasi keuangan
Pemerintah. Direktorat
Anggaran menganalisis
setiap pengajuan anggaran dan mempersiapkan singkat pada masing-masing untuk membantu Panitia Anggaran untuk ditinjau
lagi.
b.
Mempertimbangkan Pengajuan Anggaran (Considering Budget Submissions)
1)
Komisi
anggaran mengkaji kembali (Budget
Review Committee Meets). Setelah
pengiriman anggaran dipersiapkan, Komite Peninjau Anggaran bertemu pada
bulan Juli dan Agustus. Ini
ulasan setiap pengajuan
anggaran dan mengundang kementerian untuk mempertahankan dan memberikan alasan yang baik untuk setiap pengiriman. Anggaran
ditinjau komisi terdiri dari Perdana
Menteri, Menteri Keuangan,
dan beberapa menteri
senior lainnya,
seperti diundang oleh Perdana Menteri.
2)
Proposal anggaran terbentuk (Proposed Budget is formed) Setelah semua
kementerian telah menyajikan penyerahan mereka, Anggaran
ditinjau komisi bentuk anggaran yang diusulkan ke Dewan Menteri untuk
dipertimbangkan. Hal ini biasanya
memprioritaskan dan memilih inisiatif yang paling pokok (berharga) dengan
keterbatasan anggaran yang ada.
c. Rancangan Anggaran Disetujui (Approving the Proposed Budget)
1)
Anggaran
diserahkan ke Parlemen Nasional (Budget
Submitted to National Parliament, Secara
hukum, Pemerintah harus
mengajukan anggaran yang diusulkan
kepada Parlemen Nasional paling lambat setiap tanggal 15 Oktober.
2)
Komisi
Anggaran melakukan kajian (Commissions
Review the Budget), setelah mempertimbangkan, Parlemen Nasional merujuk pada anggaran
yang diusulkan untuk membentuk Komite
(Komisi) selama sekitar satu bulan. Komisi
ini akan mempelajari/meninjau
anggaran, mewawancarai
Menteri,
dan menerima komentar dari masyarakat sipil. Pada
sesi pleno anggaran,
seluruh Parlemen Nasional
mendengarkan pidato Perdana Menteri
aktual yang
berkaitan tentang anggaran yang diusulkan kepada Parlemen. Komisi
juga mempersiapkan sebuah laporan
yang komprehensif untuk Parlamen
pada pertemuan mereka.
3)
Parlemen
melakukan diskusi terhadap Rancangan Anggaran yang diusulkan (Parliament Debates the Budget), kemudian
Parlemen melakukan
debat
anggaran, termasuk mengajukan pertanyaan
kepada semua
Menteri tentang anggaran
mereka dan serta Menteri
Keuangan tentang anggaran
secara umum. Deputi
juga dapat mengusulkan amandemen anggaran yang
diperdebatkan dan dipilih oleh Parlemen.
4)
Anggaran disetujui (Passing
of the Budget), setelah
seluruh anggaran disetujui,
Presiden Parlemen mengirimkannya kepada Presiden Republik untuk mempertimbangkan dan menandatangani. Anggaran
tersebut menjadi hukum
ketika akhirnya diumumkan
dalam Journal of Republik atas perintah Presiden Republik.
a.
Pengeluaran
Anggaran (Spending the Budget)
Sejak 1 Januari,
kementerian mulai membelanjakan uang
yang disetujui dalam anggaran untuk melaksanakan program Pemerintah untuk tahun tersebut. Untuk menjamin
akuntabilitas laporan triwulanan kemajuan fisik dan keuangan dari anggaran disajikan kepada Parlemen. Pemerintah
juga telah merintis Portal Transparansi
Timor Leste yang
menampilkan pelaksanaan anggaran
dalam waktu nyata, (http://www.mof.gov.tl/budget-spending/the-budget-process/?lang=en).
Berikut ini adalah trend perkembangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) Timor Leste sejak tahun 2002 sampai dengan tahun
2010. Selengkapnya dapat dilihat pada Grafik 4.3:
GRAFIK 4.3.
TREND PERKEMBANGAN APBN TIMOR LESTE
TAHUN 2002-2010
Sumber:
Laporan Keuangan Timor Leste dari tahun 2006-2010 yang telah di olah
Grafik di atas menunjukkan
bahwa, APBN Timor Leste pada awalnya sangat kecil untuk ukuran sebuah negara
atau sebesar $ 75.656 juta, tetapi perlahan-lahan mengalami kenaikan pada
setiap tahun. Trendnya selalu positif kecuali pada tahun 2007, ketika
pemerintah memutuskan penyesuaian tahun anggaran dari Juni ke awal 1 Januari.
Ada 2 (dua) faktor yang mendorong perkembangan
APBN Timor Leste mengalami trend
positif. Pertama, tahun 2002
sampai dengan tahun 2004 APBN Timor Leste tergantung pada penerimaan domestik
(pajak) dan sebagian lagi hibah yang disumbangkan dari negara-negara mitra. Kedua, tahun 2005 sampai sekarang
Timor Leste mulai mendapat sumber penerimaan dari dana minyak. Walaupun undang-undang
dana minyak (Petroleum Fund) hanya di
perbolehkan untuk mengunakan 3 (tiga) persen untuk APBN, tetapi penerimaan ini
sangat determinan dalam pembentukan APBN Timor Leste setiap tahunnya.
2.
Perkembangan Penerimaan Negara Tahun 2006-2010
Pemerintah Timor Leste selama
lima tahun terakhir mempunyai rencana/target penerimaan yang sangat baik. Dari
semua target yang di buat oleh pemerintah selama tahun anggaran 2006 s/d tahun anggaran
2010 rata-rata terrealisasi seratus persen. Berikut dapat disimak pada Tabel
4.3 di bawah ini:
TABEL 4.3.
TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN NEGARA
TAHUN 2006-2010
DALAM JUTAAN DOLAR (US$)
No.
|
Tahun
|
Target ($)
|
Realisasi ($)
|
%
|
1
|
2006
|
316.600
|
151.990
|
48
|
2
|
2007
|
116.400
|
63.243
|
54
|
3
|
2008
|
788.312
|
457.775
|
58
|
4
|
2009
|
680.873
|
598.210
|
88
|
5
|
2010
|
838.000
|
907.360
|
108
|
Rata-rata realisasi
|
608.930
|
484.128
|
79
|
|
Sumber: Laporan Keuangan
Timor Leste yang telah diolah
|
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa,
realisasi penerimaan pada tahun 2006 sebesar US$ 151.990 juta atau 48 persen
dari target yang dibuat oleh pemerintah yakni sebesar US$ 316.000 juta. Tahun
2007 ada peningkatan realisasi sebasar
54 persen (naik 10 pesen). Tahun 2007 pemerintah melakukan penyesuian tahun
anggaran atau disebut anggaran transisi yaitu dari bulan Juli sampai dengan
Desember. Selangjutnya tahun 2008 dan 2009 realisasi penerimaan terus menggalami
trend positif masing-masing sebesar 58 persen dan 88 persen.
Target penerimaan tahun 2010 menjadi
fenomenal kenaikkannya yakni 108 persen atau dengan nilai US$ 907.360 juta dari
target pemerintah US$ 838.000 juta. Rata-rata realisasi penerimaan pemerintah
Timor Leste dari tahun 2006 s/d tahun 2010 kurang efektik atau sebesar 71
persen.
3.
Perkembangan Pengeluaran APBN Tahun 2006-2010
Perkembangan realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Timor Leste menjadi sorotan masyarakat. Banyak
kendala yang dihadapi oleh Timor Leste terutama kemampuan Sumber Daya Manusia
(SDM) sehingga berdampak pada eksekusi APBN yang sudah di anggarkan. Hal ini
dapat lihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:
TABEL 4.4.
TARGET DAN REALISASI PENGELUARAN NEGARA
TAHAUN 2006-2010
DALAM JUTAAN DOLAR (US$)
No.
|
Tahun
|
Realisasi Belanja
($)
|
Penerimaan
($)
|
%
|
1
|
2006
|
160.445
|
316.000
|
51
|
2
|
2007
|
64.336
|
116.400
|
55
|
3
|
2008
|
479.890
|
788.312
|
61
|
4
|
2009
|
604.338
|
680.873
|
89
|
5
|
2010
|
758.191
|
838.000
|
90
|
Rata-rata realisasi
|
459.378
|
608.797
|
77
|
|
Sumber: Laporan Keuangan Timor Leste yang telah
diolah
|
Tabel 4.4
menunjukkan bahwa realisasi anggaran tiap tahun belum optimal. Tahun 2006
realisasi terhadap anggaran hanya 51 persen
atau US$ 160.445 juta dari anggaran yang tersedia sebesar US$ 316.000
juta. Salah satu penyebab ketidakefektifan proses eksekusi adalah adanya
gejolak politik yang membuat stabilitas keamanan jadi tidak menentu, dan
terjadinya eksodus besar-besaran dari ibu kota Dili ke distrik-distrik di
seluruh wilayah Timor Leste. Tahun 2007 adalah masa pemulihan kemabali keadaan (recovery), sekaligus pemerintah
melakukan perubahan pada tahun anggaran, maka dibuatlah anggaran transisi yang
hanya berlaku enam bulan (bulan Juli 2007 s/d Desember 2007) dan menganggarkan
anggaran sebesar US$ 116.400 juta. Proses eksekusinya hanya 55 persen atau
dengan nilai sebesar US$ 64.336 juta. Tetapi tahun berikutnya mengalami
peningkatan, yaitu realisasi belanja menjadi 61 persen atau naik 6 persen dari
tahun 2007.
Kenaikan
tertinggi dari realisasi anggaran menurut pengamatan peneliti selama tahun
anggaran 2006-2010 terjadi pada tahun 2009 dan 2010, yakni sebesar 89 persen
atau dengan nilai US$ 604.424 juta dari US$ 680.873 juta yang dianggarkan oleh
pemerintah. Tahun 2010 realisasinya menggalami peningkatan lagi 90 persen.
Rata-rata realisasi anggaran belanja selama periode pengamatan adalah 69 persen
atau efesien.
4.
Perkembangan Penerimaan Sumber Minyak Tahun 2006-2010
a. Undang-undang Nomor 9 Tahun 2005, tentang Penggunaan Dana Minyak (petroleum fund).
Undang-undang ini menetapkan Dana
Perminyakan yang berusaha untuk menyesuaikan
dengan persyaratan
konstitusional yang diatur
dalam Pasal 139 dalam konstitusi Republik. Berdasarkan ketentuan
ini, sumber daya minyak harus dimiliki oleh Negara, dapat digunakan secara adil dan merata sesuai
dengan kepentingan nasional, dan penghasilan yang diperoleh daripadanya harus mengarah pada
pembentukan cadangan wajib keuangan. Dana Minyak akan
memberikan kontribusi untuk manajemen
yang bijaksana dari sumber daya minyak
untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi
masa akan datang
yang baik.
Dana Minyak akan menjadi alat yang
memberikan kontribusi untuk kebijakan fiskal, di mana pertimbangan yang tepat
dan menekankan kepentingan jangka
panjang warga Timor-Leste. Perencanaan
yang efisien dan pelaksanaan yang tepat dari anggaran sektor publik merupakan
komponen kunci dari manajemen kekayaan minyak bumi. Dana Minyak harus koheren
diintegrasikan ke dalam APBN, dan akan memberikan representasi yang baik dari
pengembangan keuangan publik. Dana Minyak harus dikelola dengan bijaksana dan
akan beroperasi secara terbuka dan
transparan, dalam kerangka konstitusional. Undang-undang ini
menetapkan parameter kunci untuk operasi dan manajemen Dana Minyak.
Undang-undang mengatur pengumpulan dan pengelolaan penerimaan yang terkait
dengan kekayaan minyak, mengatur transfer ke APBN, dan menyediakan
akuntabilitas Pemerintah dan pengawasan kegiatan.
b. Estimasi Pendapatan Berkelangjutan untuk Fiskal (Schedule Calaculating Estimated Sustainable Income (ESI) for a Fiscal).
Perkiraan pendapatan berkelanjutan untuk menentukan
besarnya dana minyak untuk APBN tidak melebihi 3%, dan dianjurkan dapat menggunakan
formula berikut ini, (Estimated Sustainable
Income for a Fiscal Year is the maximum amount that can be appropriated from
the Petroleum Fund in that Fiscal Year and leave sufficient resources in the
Petroleum Fund for an amount of the equal real value to be appropriated in all
later Fiscal Years as determined in accordance with the formula in paragraphs
II and III below. II. Estimated Sustainable Income for a Fiscal Year is
calculated according to the following formula):
r
× Petroleum wealth where:
r is the estimated
average real rate of return, or real interest rate, on Petroleum Fund
investments in the future and, for the purposes of these calculations, shall be
3.0%. III. In this Schedule, “Petroleum wealth” is calculated according to the
following formula:
V + present value (RB0B, RB1B,.., RBnB) = Σ=+ + n t t ti R V 0 ) 1
(where: V is the
estimated value of the Petroleum Fund at the end of the prior Fiscal Year RB0, BRB1, Betc.
are the published budget projections for expected annual Petroleum Fund
Receipts minus investment returns for that Fiscal Year (RB0B) and future Fiscal
Years (RB1B, etc.) i is the estimated nominal yield on a U.S. government
security, averaged over the years in which Petroleum Fund Receipts are expected
n is the number of years until no further Petroleum Fund Receipts are
projected to be received.
c.
Kontribusi Dana Minyak terhadap APBN Timor
Leste
Potensi penerimaan Negara di Timor Leste saat
ini adalah pajak dan non pajak. Salah satu obyek/variabel yang dianalisis adalah
dana minyak (petroleum fund) yang
menjadi sumbangan terbesar dalam pembentukan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) Timor Leste. Tabel 4.5 akan mengambarkan kontribusi dana minyak (Petroleum fund) terhadap APBN Timor
Leste.
TABEL 4.5.
KONTRIBUSI DANA MINYA (PETROLEUM FUND)
TERHADAP APBN TIMOR LESTE
DALAM JUTAAN DOLAR (US$)
PENERIMAAN
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
Total
|
DOMESTIK
|
39.100
|
22.500
|
86.700
|
91.200
|
94.700
|
334.200
|
Pajak
|
29.300
|
15.500
|
30.300
|
49.300
|
47.600
|
172.000
|
Non Pajak
|
9.800
|
7.000
|
56.400
|
41.900
|
47.100
|
162.200
|
Bantuan
|
10.300
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10.300
|
P. Otonomi
|
6.500
|
7.748
|
-
|
-
|
-
|
14.248
|
Sisa Angg.
|
-
|
46.161
|
14.812
|
673
|
-
|
61.646
|
DANA MINYAK
|
260.000
|
40.000
|
686.800
|
589.00
|
811.000
|
2.386.800
|
TOTAL
|
316.000
|
116.409
|
788.312
|
680.873
|
905.700
|
2.807.294
|
Sumber: Laporan Keuangan Negara dari Tahun 2006-2010 yang tela diolah
Berdasarkan
tabel 4.5 pada tahun 2006 total APBN Timor Leste sebesar US$ 316.000 juta,
sektor domestik penyumbang untuk APBN sebesar US$ 39.100 juta, sedangkan
kontribusi terbesar adalah dana minyak sebesar US$ 260.000 juta ditambah dengan
sisa anggaran tidak selesai dieksekusi tahun sebelumnya berjumlah US$ 10.900
juta. APBN tahun 2007 (transisi) pemerintah menanggarkan anggaran sebesar US$
116.400 yang berlaku untuk jangka waktu 6 (enam) bulan (bulan juli-desember).
Dana minyak memberi kontribusi sebesar US$ 40 juta, sedangkan penerimaan
domestik menyumbang US$ 22.500 juta. Penerimaan otonomi US$ 7 juta dan US$
46.161 juta sisanya didapat dari anggaran tahun sebelumnya.
APBN tahun
2008 kontribusi dana minyak adalah $ 686.000 juta dan di ikuti oleh penerimaan
domestik US$ 86. 700 juta, dan penggunaan sisa anggaran sebesar US$ 14. 812
juta. Tahun 2009 pemerintah merencanakan APBN sebesar US$ 680.873 juta dan
mayoritas anggaran ditopang oleh dana minyak sebesar US$ 589.000 juta dan sisa
anggaran serta pendapatan domestik masing-masing menyumbang US$ 91.200 juta
dan US$ 673 ribu. Terakhir adalah
anggaran tahun 2010, merupakan sumbangan terbesar dari dana minyak yakni US$
811.000 juta dan dikuti pendapatan domestik menyumbang US$ 94.700 juta sehingga
terbentuk APBN sebesar US$ 905.700 juta.
Dari tabel di atas
memperlihatkan bahwa, jumlah dana minyak yang digunakan untuk APBN selama
jangka waktu 2006-2010 sangat dominan, sebesar US$ 2.096.000 meliyar dari total
APBN sebesar US$ 2.752.185. Berikut trend
dana minyak terhadap APBN Timor Leste dapat di simak pada gambar 4.2:
GAMBAR 4.2.
TREND DANA MINYAK TERHADAP APBN
TIMOR LESTE
TAHUN 2006-2010
Sumber: Laporan Keuangan Negara tahun 2006-2010 yang
telah diolah
Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi:
J.H. Boeke, ahli ekonomi Belanda pelopor teori tersendiri yang hanya diterapkan di negara-negara terbelakang. Teori dualisme masyarakat merupakan teori umum pembangunan masyarakat dan pembangunan ekonomi masyarakat. Boeke berpendapat dalam arti ekonomi masyarakat memeliki tiga ciri, yaitu semangat social, bentuk organisasi, dan teknik yang mendominasinya. Boeke menggunakan istilah dualistik untuk masyarakat yang menunjukkan ciri tersenidiri di tengah sistem sosial yg sinkron dan telah dewasa di mana biasanya evaluasi historis masyarakat2 homegen terpisah terpisah satu sama lain melalui bentuk peralihan seperti misalnya antara kapitalisme dan kapitalisme penuh melalui kapitalisme awal. Masyarakat dualistik seperti itu ditandai oleh adanya sistem barat impor yang lebih maju dan sistem pertanian prakapitalisme pribumi.
Pertama; ada di bawah pengaruh dan pengawasan barat, dengan menggunakan teknik maju dan standar kehidupan yang rata-rata sudah tinggi. Kedua; adalah asli dengan teknik, kesejahteraan sosial dan ekonomi yang rendah. Boeke menyebut dualisme sosial mendefinisikan perbenturan antara sistem sosial impor dengan sistem sosial asli dengan gaya berbeda.
ciri-ciri Masyarakat Dualistik" Boeke menjelaskan mengambarkan interaksi ekonomi dua sisstem sosial berbenturan/ekonomi dualistik/ekonomi timur.
Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi:
Ekonomi dan Nonekonomi
Faktor Ekonomi
1. Sumber Daya Alam;
2. Akumulasi Kapital
3. Organisasi
4. Kemajuan Teknologi
5. Pembagian Kerja dan Skala Produksi
Faktor Non Ekonomi
1. Faktor Sosial
2. Faktor Manusia
3. Politika dan Administratif
DUALISME MASYARAKATJ.H. Boeke, ahli ekonomi Belanda pelopor teori tersendiri yang hanya diterapkan di negara-negara terbelakang. Teori dualisme masyarakat merupakan teori umum pembangunan masyarakat dan pembangunan ekonomi masyarakat. Boeke berpendapat dalam arti ekonomi masyarakat memeliki tiga ciri, yaitu semangat social, bentuk organisasi, dan teknik yang mendominasinya. Boeke menggunakan istilah dualistik untuk masyarakat yang menunjukkan ciri tersenidiri di tengah sistem sosial yg sinkron dan telah dewasa di mana biasanya evaluasi historis masyarakat2 homegen terpisah terpisah satu sama lain melalui bentuk peralihan seperti misalnya antara kapitalisme dan kapitalisme penuh melalui kapitalisme awal. Masyarakat dualistik seperti itu ditandai oleh adanya sistem barat impor yang lebih maju dan sistem pertanian prakapitalisme pribumi.
Pertama; ada di bawah pengaruh dan pengawasan barat, dengan menggunakan teknik maju dan standar kehidupan yang rata-rata sudah tinggi. Kedua; adalah asli dengan teknik, kesejahteraan sosial dan ekonomi yang rendah. Boeke menyebut dualisme sosial mendefinisikan perbenturan antara sistem sosial impor dengan sistem sosial asli dengan gaya berbeda.
ciri-ciri Masyarakat Dualistik" Boeke menjelaskan mengambarkan interaksi ekonomi dua sisstem sosial berbenturan/ekonomi dualistik/ekonomi timur.
PEMBENTUKAN MODAL DALAM PEMBANGUNAN
–Pembentukan modal terdiri dari
barang yang nampak seperti pabrik, alat-alat dan mesin juga barang yg tidak
nampak pendidikan bermutu tinggi, kesehatan yang baik dan lembaga penelitian
bermutu (Dr. Singer, 2008).
–Investasi dalam peralatan modal
tidak saja meningkatkan produksi tetapi meningkatkan kesempatan kerja.
Masalah masalah di
Negara Berkembang:
•Ekspor brg primer berakibat pd
neraca perdagangan yg tdk seimbang.
•Tingginya import barang2 modal
dari luar negeri.
Sebab-sebab rendahnya laju
pembentukan modal
•Pendapatan rendah
•Produktivitas rendah
•Alasan kependudukan
•Kekurangan wiraswasta
•Kekurangan overhead ekonomi
•Kekurangan peralatan modal
•Ketimpangan dalam distribusi
pendapatan
•Pasar sempit
•Kekurangan lembaga keuangan
•Keterbelakangan ekonomi
•Anggaran defisit
•Kenaikan pajak
•Demonstration effect
Pembentukan modal _Ekternal
1.Bantuan luar negeri
2.Pembatasan import
3.Terms of trade yg
menguntungkan
Kesimpulan: Pembentukan modal
merupakan faktor penentu pembangunan ekonomi.
Sektor Pertanian dalam
Pembangunan
1.Menyediakan pangan yg semakin
besar kepada penduduk
2.Meningkatkan permintaan akan
produk industri memperluas sektor sekunder
3.Menyediakan bahan tambahan devisa
untuk impor brg2 modal pembangunan melalui hasil pertanian terus menerus
menerus.
4.Meningkatkan pendapatan desa
5.Memperbaiki rakyat pedesaan
Seitor Agrikultura
Agrikultura
mundu iha nia tipu rua; tipu premeiru, agrikultura iha nasaun avancadu nebe
ninia efesiencia as ho kapacidade produsaun output kada agrikultor nune mos
rasio produsaun/agrikultor mos as. Sigundu, tipu agrikultur nebe la prense
sufisiente nebe akontese iha nasaun-nasaun foin harii, no jeralmente akontese
iha nasaun terceira mundu (Todaro, 2000).
Faktus hatudu
katak kuaze 90 pursentu liu povu Timor Leste depende ba seitor agrikultura.
Indikasaun nee reforca ho distribuisaun populasaun Timor Leste mayoria hela iha
area rural. Sira nee servisu iha seitor agrikultura. I dala barak populasaun
sira nee mak kontribui ba numeru ema kiak, tamba area-area rural iha Timor
Leste governu la dun fo hetan atensaun. Povu kiak sira nebe serkula iha area
rural nia karakteristiku, hela fatin la diak, nutrisaun la iha, rendementu la
iha, labarik sira eskola as mak too deit eskola sekudaria, nsst. Sira nemak mak
sei kontribui siklus kiak iha Timor Leste.
Atu hasae
produsaun agrikultura iha tempu agora presija hadia no muda uluk mentalidade
agrikultor sira husi fase agrikultur subsisten/tradisional ba agrikultura
modernu. Fase nebe presija tempu no seridade Governu hodi desenvolve sistema
kapacitasaun nebe adekuadu inklui politika proteja produtu lokal atu nune bele
motiva agrikultor sira adapta lalais ho sistema modernu valiriza produtu lokal).
Problemas hira
nebe Povu Agrikultur hetan iha Timor Leste nee:
1.
Modelu subsisten /tradisional.
2.
Falta Rekurcu (Kapital, Teknolojia no Umanu)
3.
Produktividade agrikultor nebe menus.
4.
Area agrikultura iha Timor Leste klot.
5.
Iklima nebe la konsisten.
Estrategia Desenvolvementu
Ekonomia bazeia prioridade agrikultura:
1. Aselera
kresementu output atravesa utilizasaun teknologia, instituisaun, no insentivu
folin especial atu dudu produktividade agrikultor.
2. Dudu demand (husu) domestika ba produtu agrikultura, no kapacitasaun ba
servisu nain (trabalhadores sira).
3. Difersifikasi desenvolvementu bele kria servisu barak (padat karya) nebe
laos agrikultura iha area rural (sukus).
4.
Sukus hanesan subjetu ba planu desenvolvementu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar